Rupanya Pendiri JSIT Indonesia Pernah Belajar di Sekolah Milik Musisi Asal London Yusuf Islam

Oleh : Azwar Tahir (Guru SIT Ulinnuha Sorowako, Sulawesi Selatan)

Baru tahu. Rupanya di masa merintis Sekolah Islam Terpadu (SIT), Dr. Fahmi Alaydroes, salah seorang konseptor melakukan studi banding ke Inggris untuk belajar dari sekolah yang diinisiasi Yusuf / Cat Stevens. Konseptor SIT juga belajar dari lembaga pendidikan di Jerman dan Malaysia.

Bagi yang mungkin awam soal Yusuf / Cat Stevens, beliau adalah musisi asal West End, London. Superstar di zamannya. Selepas memeluk Islam, atensinya sempat beralih. Ia ingin membangun keluarga dan hidup lebih religius. Pemilik nama asli Stephen Demetre Georgiou ini mengganti self-representation-nya di hadapan publik dengan nama Yusuf Islam.

Yusuf sempat menjauh dari spotlight dunia musik, benar-benar tidak tertarik dari dunia yang membesarkan namanya. Selama lebih dari dua puluh tahun, sang artis lebih fokus di dunia pendidikan dan filantropi. Namun pada tahun 2006, ia memilih kembali ke industri musik lewat album barunya “An Other Cup”.

Setelah kelahiran putri pertama, timbul kegusaran pada ayah anak satu ini. Anaknya, yang diberi nama Hasanah, mau disekolahkan di mana? Tahu sendiri kan model edukasi ala Barat. Sementara Yusuf kini telah meyakini idealisme barunya; Islam.

Bersebab itulah, lahir Islamia Girls School di Inggris dengan Yusuf sendiri sebagai foundernya. Mungkin kalau dulu anak pertama pernikahan Yusuf dengan Fawzia, istrinya adalah putra, yang didirikan waktu itu adalah Islamia Boys School, hehe.

Usai menyimak penggalan video “Jejak Langkah 2 Dasawarsa JSIT Indonesia”, saya melihat kelindan antara keresahan Yusuf dengan keresahan para pendiri JSIT. Memang keresahan amat mungkin melahirkan gerakan. Dan gerakan yang berbasis pada pondasi yang kokoh akan membesar. Alhamdulillah, JSIT Indonesia terus eksis dan akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional ke VI bulan Juli mendatang di Makassar.

Sebagai guru di salah satu SIT, dan pengalaman mengajar di lembaga-lembaga sebelumnya, saya melihat JSIT Indonesia terus berbenah. Mau angkat beberapa hal yang saya kira menunjukkan atmosfer itu. Lanjut baca ya.

Pertama, JSIT menekankan sekali pendidikan Al Quran. Bahkan sampai pada level memilih metode spesifik yang lahir dan dikembangkan oleh insan-insan JSIT yaitu Metode Ilman wa Ruuhan (IWR). Para penggerak JSIT mengkonsultasikan metode ini ke praktisi pendidikan Al Quran tanah air terkemuka, Al Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Al Hafizh. Para guru JSIT juga diarahkan untuk meng-upgrade kapasitas mereka agar bisa mengajarkan metode ini secara lebih optimal.

Kedua. Saya mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris. Meski masih butuh perbaikan dari segi konten, buku cetak yang kami gunakan berwarna dan bergambar Islami (menutup aurat). Ini penting karena JSIT mengusung values uni: Islam. Maka dalam aspek ilustrasi tidak boleh latah dengan buku-buku pelajaran populer yang abai pada aspek seperti ini.

Ketiga, pembinaan rutin guru. Sekolah yang bagus adalah sekolah yang terus menerus membina guru-gurunya. Karena seperti murid, guru juga butuh peningkatan. Jamak ditemukan di sekolah-sekolah JSIT terdapat program pembinaan rutin untuk guru. Dan sekali lagi aspek Al Quran diberikan penekanan.

Selamat menantikan perhelatan akbar Munas JSIT ke VI. Ewako!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*