Yogyakarta (12/12) — Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia mengadakan lisensi terhadap delapan Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang ada di Yogyakarta.
Yogya memang istimewa dalam konteks sejarah panjang budaya, bangsa, dan negara Indonesia. Demikian juga dalam konteks sejarah dan perkembangan JSIT Indonesia.
Di Yogyalah pada tahun 2003 JSIT Indonesia didirikan secara resmi (launching) tepatnya di Hotel Ambarukmo.
SIT di Yogya juga istimewa, menjadi yang perdana melakukan proses Lisensi oleh BLSIT Indonesia sebagai badan yang melakukan asessmen kepada SIT yang memenuhi persyaratan, setelah ditetapkan di Munas 4 Lombok.
Masa Pandemi Covid-19 menjadi periode bersejarah dalam kegiatan Lisensi BLSIT Indonesia dan SIT anggota JSIT Indonesia. Sejarah lisensi (assessmen) sekolah dilakukan secara virtual (online).
Nah disini letak istimewanya SIT Yogya. Di saat SIT dari JSIT Wilayah yang lain kegiatan lisensinya dilakukan secara virtual, 8 SIT Yogyakarta justru lisensinya dilakukan secara offline. Siapa saja SIT tersebut : 1) TKIT Insan Utama Bantul, 2) TKIT Nurul Islam Sleman, 3) SDIT Alam Nurul Islam Sleman, 4) SDIT Luqman Al Hakim Internasional Bantul, 5) SDIT Salman Al Farisi 1 Sleman, 6) SDIT Salman Al Farisi 2 Sleman, 7) SMPIT Ar Raihan Bantul, dan 8) SMPIT Luqman Al Hakim Internasional.
Delapan SIT di Yogyakarta yang Perdana melakukan lisensi secara offline, secara nasional. Tentu semangat yang istimewa berangkat dari akar budaya dan pendidikan yang sangat kuat di Yogyakarta.
Semangat perjuangan Pangeran Diponegoro yang berbasis di daerah Tegalrejo, dengan strategi gerilyanya yang menjadikan VOC kewalahan. Ratusan benteng dibangun dengan menghabiskan ratusan juta gulden untuk meredam perlawanan rakyat di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, dan Kyai Mojo.
Semangat lahirnya pergerakan Muhammadiyah dibawah pimpinan KH. Ahmad Dahlan yang sekarang menjadi salah satu ormas terbesar dengan asset paling besar di dunia.
Juga Semangat Ki Hajar Dewantara dengan Perguruan Taman Siswanya dengan pendidikan berbasis karakter, dengan spirit utama,“Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”. Semua menjadi untaian indah keistimewaan Yogyakarta.
Lebih istimewa lagi JSIT Wilayah Yogyakarta semua pengurusnya menyambut dan memberikan layanan istimewa kepada semua assessor di tempat yang istimewa yaitu Sate Klatak Pak Pong Bantul.
Tentu istimewanya 8 SIT yang terlisensi bukan karena sambutan dan pelayanan yang istimewa. Tetapi memang mereka benar-benar istimewa dalam mengimplementasikan Standar Mutu Kekhasan SIT. Selamat untuk 8 SIT di Yagyakarta, selamat berjuang mempertahankan keistimewaan Yogyakarta dengan cara dan hasil kerja dakwah pendidikan yang istimewa.
Tapi anehnya, sekolah kami mengusung karakter dari hasil penggalian kearifan lokal kenapa oleh Lisensornya banyak disalahkan.
Mohon BLSIT benar2 menseleksi lisensor itu yg openmind, bukan yang melulu administrasi ketat. Bahkan lebih ke tidak rasional realistis