Surabaya (14/09) — Pendidikan islam di Indonesia semakin menunjukkan perkembangannya dengan pesat. Berbagai strategi dan inovasi di gencarkan oleh institusi pendidikan Islam untuk meningkatkan kualitasnya agar bisa berkembang dan bersaing dengan institusi lain, baik di Indonesia maupun global.
Dalam acara Muharram Marketing Festival 2021 yang bertajuk The Next Marketing of Islamic Education Business menghadirkan beberapa narasumber yang membahas mengenai berbagai strategi dan inovasi yang mereka lakukan dalam mengembangkan pendidikan islam. Salah satu narasumbernya, yaitu Mohammad Zahri, Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia.
Zahri mengungkapkan bahwa dalam meningkatkan pendidikan, JSIT fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu kualitas guru dan fokus dalam membangun sistem yang efektif. Hal tersebut dilakukan agar mendapat hasil positif dari masyarakat.
“Kami fokus pada kualitas para guru dan sistem yang efektif. Kami susun kembali mana yang perlu di kembangkan, dan apa yang harus kita longgarkan. Intinya, kami fokus apa yang ingin kita capai. Bukan hanya sekedar menghabiskan materi kurikulum, namun juga dengan SDM yang kuat dan sistem yang baik,” ungkap Zahri.
Selain itu, Zahri juga menjelaskan strategi yang diterapkan JSIT untuk meningkatkan kualitas para guru dari sekolah-sekolah yang berada dalam naungan JSIT. Dengan tetap memperhatikan kebijakan pemerintah untuk komepetensi guru, JSIT membuat standar kompetensi dan leverisasi untuk para guru.
“Karena kami menaungi 2439 sekolah, untuk meningkatkan kualitas para SDM-nya memang cukup menantang. Untuk itu, kami membuat standar kompetensi dan leverisasi untuk guru pemula hingga senior. Jadi guru pemula berbeda pelatihannya dengan guru yang senior,” jelas Zahri.
Selanjutnya, Zahri menjelaskan beberapa tantangan dan kesempatan yang dihadapi oleh JSIT. Pertama, adalah dengan meningkatkan kualitas dan relevansi. Menurut Zahri, pendidikan Islam yang saat ini berkembang dengan pesat, peningkatan tersebut penting dan harus dikelola dan dilayani dengan modernisasi layanan, baik dengan hybrid learning¸ dan sebagainya.
Kedua, memperluas jaringan dan komunitas. Zahri mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi batas di Indonesia, sehingga kedepannya memungkinkan jaringan guru dan murid yang sangat luas.
Ketiga, memperhatikan kepedulian pada bidang kesehatan lingkungan dan sumber daya alam. “Ini tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, namun juga global dan harus mendapat perhatian,” tambah Zahri.
Keempat, mengokohkan nilai-nilai kebangsaan. Menurut Zahri, dengan berkembangnya pendidikan islam juga harus ikut berkontribusi dalam pembangunan bangsa Indonesia.
“Kemajuan yang diperoleh dunia pendidikan islam harus berkontribusi dalam pembangunan bangsa Indonesia. Apalagi, kita akan menyambut Indonesia Emas 2045, sehingga pada saat itu diharapkan pendidikan islam dapat berkontribusi pada kemajuan Indonesia,” sahut Zahri.
Zahri juga menjelaskan bahwa JSIT telah sudah memiliki standar kualitas jaringan. Hal tersebut dilakukan dengan menetapkan proses lisensi internal sekolah yang harus mengikuti standar pemerintah, yaitu mengenai peran guru, sistem kurikulum dan audit akuntabilitas keuangan yayasan secara transparan. Selain itu, JSIT juga turut memperluas akses kerja sama dengan negara lain.
“Kami sudah menyusun standar JSIT dengan membuat lisensi untuk mengontrol originalitas sistem hingga kualitas guru. Kami juga sudah melaksanakan kerja sama dengan beberapa negara, yakni dengan melaksanakan lomba virtual, perkemahan tahunan antar negara, serta kegiatan-kegiatan peningkatan kualitas. Ada juga komunitas yang secara rutin melaksanakan webinar,” tutup Zahri.