
Dunia guru adalah dunia yang sangat luas. Membicarakan dunia ini seolah kita sedang menyelami samudera maha luas yang tidak habis bahan cerita. Selalu ada bahasan menarik di dalamnya.
Tema pendidikan rasanya tidak akan habis meski ribuan lembar digoreskan. Dan guru adalah ujung tombak dari semua ini.
Saya rasa kualitas guru memang harus ditingkatkan. Terus belajar. Tidak berhenti menuntut ilmu. Guru yang mendek keilmuannya sama saja mengharamkan ilmu baru untuk anak didik.
Ya, mengharamkan ilmu baru. Bagaimana tidak, kalau tidak belajar lagi berarti tidak ada ilmu masuk. Kalau tidak ada ilmu masuk lalu ilmu apa lagi yang akan disampaikan ke muridnya. Masa itu-itu saja? Kan tidak menarik.
Saif Maulana menjelaskan maksud mengharamkan ilmu baru bagi murid dengan; malas belajar, malas menghafal, malas ikut kajian, malas menelaah, dan malas membaca buku. Nah, adakah kriteria itu ada pada diri kita?
Atau jangan-jangan kita ini malah ada pada daftar kriteria berikutnya bahwa guru yang malas itu guru yang sibuk; update facebook, posting instagram, nonton youtube, dan baca whatsapp. Kalau tujuan bermedia sosial untuk belajar tentu saja tidak masalah dan malah bagus. Tapi kalau tanpa tujuan yang jelas, tentu saja ini bentuk kesia-siaan
Semoga saja tidak.
Kita perlu tunjukkan bahwa kita adalah guru pembelajar, guru inspiratif, guru hebat.
Terlebih dengan perhatian pemerintah yang begitu besar pada dunia pendidikan. Saat ini guru diganjar dengan dana sertifikasi yang nilainya tidak kecil. Uang yang sudah diterima dari program ini, seharusnya, digunakan untuk meningkatkan kapasitas pembelajaran seperti kuliah lagi, beli laptop, printer, buku, dan lainnya. Kalau ini dilakukan akan sangat membantu meningkatkan mutu pembelajaran ke depan.
Kalau gurunya cerdas dan terus belajar murid pun tidak akan beda jauh. Minimal punya semangat lebih dalam belajar karena melihat gurunya yang antusias menambah ilmu.
Oleh: Andi Ardianto, S.Pd
Guru SDIT Insan Cendekia, Boyolali, Jawa Tengah
benar sekali memang seharusnya guru terus menjadi pembelajar dan tepat pada batas-batas agama