Alhamdulillah silaturahim tim Metode Al Qur’an Terpadu bersama Ust. Abdul Aziz Abdur Rauf atas izin Allah telah tertunaikan rabu 5 Februari 2020.
Beberapa hal yang dapat kami sampaikan dari hasil silaturahim tersebut adalah:
1. Metode apapun insya Allah baik, yang terpenting adalah siapa yang menyampaikannya dan bagaimana metode itu disampaikan.
2. Belajar Al Qur’an seharusnya bukan hanya menghasilkan keterampilan bacaan saja, namun dia harus mampu membentuk pribadi anak didiknya, sehingga tidak ada cerita lagi mereka belajar Al Qur’an namun sholat masih harus disuruh, akhlak belum baik dan keterlibatan dalam dakwah tidak aktif.
3. Diharapkan dari hasil belajar Al Quran mampu menjawab permasalahan ummat dan labeling negatif terhadap Islam, dan moralitas yang tampil baik dalam diri siswanya ataupun gurunya adalah implementasi dari Al Qur’an tersebut
4. Setiap pengajar Al Qur’an:
✅adalah murobby dari anak didiknya yang mampu membentuk siswa menjadi baik dalam beribadahnya, oleh karena itu penting sekali guru yang mengajarkan Al Qur’an memiliki interaksi yang kuat dengan Sang Pemilik Hidayah (shohibul Hidayah) sehingga belajar Al Qur’an berbeda dengan ketika kita mengajar ilmu pengetahuan lainnya yang hanya mengisi kemampuan atau mengasah otak saja.
✅Menjadi jalannya hidayah, oleh karena itu kontak dengan Al Qur’an harus berbeda dengan ummat pada umummnya, jika yang lain 1 jam perehari maka pengajar Al Qur’an 2 jam perhari, ini adalah sebagai usaha bagi dirinya dalam menjalankan tugasnya dan konsekwensi iman dan dakwahnya sebagai seorang muslim, juga sebagai infestasi untuk generasi berikutnya minimal 10 tahun kedepan dengan mendoakn murid muridnya setiap hari agar ia menjadi pribadi yang Qur’ani.
✅Termuliakan langsung dengan Al Qur’an itu sendiri, jika sudah mulia disisi Allah, maka mulia disisi manusia, jika sudah keren disisi Allah maka akan keren disisi manusia, walau itu bukan tujuan utamanya. Namun memang faktanya Guru Qur’an itu mulia, Guru Qur’an itu keren.
✅Tidak boleh banyak mengeluh, tak perlu khawatir atau disibukan dengan hal yang sifatnya duniawi, dan sarana pra sarananya dalam pengajaran Al Qur’an. insya Allah, Allah akan mencukupkan apa yang menjadi kebutuhannya, sehingga tidak muncul istilah Buruh Qur’an. Oleh karena itu perlu sekali perhatian dari pengelola lembaga untuk tetap menjaganya dengan tidak asal yang penting ada saja ketika merekrut guru Qur’an atau “ya mau diapain adanya begini”, tapi berusaha terus dengan mengupgrade para Guru Qur’an sehingga setara dengan guru matpel dari lulusan lulusan lainnya.
5. Pengajaran Al Qur’an atau Menghafal Al Quran harus TERPADU antara ilmu dan ruh (‘Ilman wa ruuhan) yang seharusnya menjadi kelebihan metode ini, yang mampu menjawab problematika ummat sekarang.
6. Alhamdulillah, pinangan kami untuk menjadikan beliau
(ustdaz Abdul Aziz) sebagai pembina kami dalam mewujudkan hal-hal di atas diterima karena memang ini (juga) menjadi do’a-do’a beliau dan (juga) do’a kami untuk mensyiarkan Al Qur’an dan dakwah di bumi nusantara tercinta ini.
Baarokallahu lakumaa
Alhamdulillah, demikian tulisan ini kami sampaikan
#by anis khaerunisa,
Koordinator tim metode Al Qur’an terpadu
Masyaa Allah, barakallah
Assalamualaikum.
Artikel nya Bagus ustadz, sangat memotivasi.
Jazakallah, Semoga menjadi amal ibadah. Aamiin
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada pengurus JSIT Indonesia baik tingkat pusat sampai ke daerah