Jika anda punya kenalan profesional atau aktifis sosial yang sangat sibuk; Jabatannya se abrek. Jadwal rapatnya puadat. Treknya zig zag, lintas kota bahkan negara. Makan pagi di Jakarta, siang di Surabaya, malam di Malaysia, paginya sudah di Jeddah, lusa di Amerika. Dua hari kemudian sudah rapat di Jogja,
Coba tanya : bisa kita ketemu?
Pertama, dia pasti akan balik tanya : “untuk apa ya” atau agendanya?” lalu jika dirasa agendanya penting segera dia buka HP lihat agenda dan bertanya lagi: kapan ? bagaiaman kalau Kamis 26 Desember, jam 13.30.insyaa Alloh saya bisa.
Maka berlangsunglah nego waktu, mungkin sampai beberapa pilihan hari, jam dan tempat, sampai anda dan dia bersepakat.
Anda mungkin juga pernah ketemu dengan orang yang sangat santai. Agendanya tidak jelas, tapi banyak kegiatan privat yang tidak ada target tertentu, mengalir saja. Lalu anda ajak dia untuk suatu agenda sosial..rapat yayasan misalnya.
Kemudian dengan ragu dia jawab: waduh gimana ya..saya tidak bisa. Kapan tho ? Jadi belum tau waktunya sudah bilang tidak bisa.
Soalah dia sangat sibuk. tidak punya waktu.
Kenapa bisa demikian ? Kenapa orang yang super sibuk justru punya waktu, sedang orang yang santai justru tidak punya waktu ?
Karena persoalannya sebenarnya bukan pada waktunya tapi pada prioritas dan tata kelolanya.
Alloh SWT memberikan waktu yang sama kepada semua umat-Nya, 24 jam sehari. Tinggal untuk apa dan bagaimana waktu digunakan, terserah kita.
Sesungguhnya setiap orang sama sibuknya. Karena waktu terus berjalan dan tidak bisa dihentikan. Dan jiwa tidak pernah berhenti bekerja, kecualai ketika hilang kesadaran kita, tidur, koma atau meninggal dunia.
Selama masih hidup, jiwa manusia pasti sibuk. Bahkan orang yang diam fisiknya jiwanya lebih sibuk, karena bisa ke mana- mana dan mengerjakan apa saja.
So sekarang terserah anda, bagaimana waktu dikelola.
Akan menjadi orang sibuk yang sesungguhnya, yang selalu punya waktu untuk hal berguna,
Atau menjadi orang yang pura pura sibuk karena tidak ada prioritas untuk hal yang berguna,
Atau menjadi orang yang hanya sibuk jiwanya.
Semua pilihan ada resikonya. Karena waktu telah diberikan kepada anda, dan terus berjalan tanpa bisa dihentikan. Dan setiap detiknya akan diminta pertanggung jawanbannya oleh Alloh SWT.
Dia sudah mengingatkan kita:
Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang orang yang meriman, beramal sholih dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling mengingatkan dalam kesabaran.
Semoga kita menjadi orang yang sibuk dengan hal yang berguna.
Bismillah.
kita bisa.
aamiin.
Jogja, 22 Desember 2019.
Ery Masruri.