
Seuntai rasa dari Training Guru Inspiratif JSIT NTB
Alimin Samawa
“Kerja enak itu adalah hoby yang dibayar” Demikian ungkapan almarhum Bob Sadino.
Sangat benar adanya dan selaras dengan pengalaman yang telah dilewati. Namun apakah hanya karena dibayar saja seseorang mau bekerja? Berbagai motivasi muncul dalam benak seluruh peserta training ketika ditanya oleh trainer Trusco Jakarta tentang “Apa motivasi anda bekerja?”. Mencengangkan diksi yang sama muncul dalam diri peserta adalah mereka bekerja dalam rangka Ibadah. Sungguh mulia.
Apud -demikian beliau biasa dipanggil- Trainer yang memberikan Training menjadi Guru Inspiratif kepada tak kurang lima puluh peserta guru dan kepala sekolah Islam Terpadu se-NTB.
Training bergizi yang menggugah motivasi seorang guru agar lebih menikmati profesinya sebagai seorang pendidik. Training ini menyajikan model pelatihan tak biasa. Dengan warna suara pemateri yang ajeg, slide materi yang eye catching sanggup menggugah semangat peserta hingga tak rela mundur dari arena Training. Bagaimana tidak, suasana traning yang mungkin seluruh peserta sepakat memberikan nilai Excellent, sekali lagi karena dikemas dengan padu antara materi, gaya bicara, visual, ice breaking dan contoh-contoh kekinian yang tak menggurui.
Training sehari (15 Des) Ini adalah salah satu kerja besar tim mutu Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) NTB untuk meledakan potensi para guru demi berhidmat untuk melahirkan generasi penerus bangsa. Pendidik yang bekerja dengan cinta dan penuh daya gugah, yang tak lelah bekerja.
“Bekerja dengan cinta” Ujar trainer berusia kepala empat ini. “Laksana engkau menenun kain dari benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah orang yang engkau kasihi yang akan mengenakan kain itu” sambung beliau dengan pesan mendalam. Makjleb, mengena sekali.
Bekerja dengan cinta itu dihadirkan contoh dalam slide video tentang kisah seorang pengajar tak biasa. Yang telah memenuhi janjinya menjadi pengajar sejati hingga akhir hayatnya. Een Sukesih, seorang guru SD di Sumedang yang mengajar dalam kondisi lumpuh. Hingga membawanya pada kemuliaan seorang guru, membuka hati pemerintah untuk memberikan perhatian kepada anak didiknya yang tidak mampu. Bahkan Bu Een bercita-cita untuk menutup usia saat usai mengajar. Dan janji itu terpenuhi karena keikhlasannya. Meski telah tiada, Bu Een telah mewariskan Rumpin (Rumah Pintar) Al Barokah. Yang telah menginspirasi banyak orang berbuat lebih.
Entah untuk kesekian kalinya. Kisah yang dibarengi video kisah nyata yang ditampilkan trainer telah membuat suasana training begitu menggetarkan. Tentu dengan rapal do’a dan tumuhat dari para pejuang pendidikan di ruangan berAC itu semakin mantap untuk terus berkhidmat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berjuang, berdakwah melalui jalur pendidikan.
Terimakasih JSIT, Terimakasih untuk kebersamaan guru-guru hebat dan kepala sekolah Islam Terpadu yang telah berbagi semangat.
Are you ready?
lalu Yulchaidir
#jsitindonesia
#smpitbqnmataram
#ayolebihbaik
#JSITNTB