Selalu ada yang unik dalam tiap perjalanan kami melakukan agenda visitasi lisensi sekolah Islam terpadu Indonesia. Lisensi adalah semacam akreditasi atau sertifikasi untuk anggota sekolah Islam terpadu yang tergabung dalam JSIT Indonesia, dan harus diikuti.
Saya teringat, kata guru saya Dr. Sukro Muhab dan Prof. Khudhori Malaysia saat mengkosep rancangan lisensi ini, “Lisensi sekolah Islam terpadu sesungguhnya alat untuk asesmen adab guru dan murid”. Dalam proses perjalanan visitasi, value itu yang saya rasakan. Proses lisensi telah menggerakkan asesor dan asesi untuk menemukan praktik perilaku baik warga sekolah, tidak hanya peserta didik, tapi juga kepala sekolah, guru, TU, satpam, wali murid, hingga cleaning service.
Untuk memotret perilaku-perilaku baik dalam proses lisensi, para asesor bisa bertanya kepada masyarakat sekitar yang berinteraksi dengan warga sekolah Islam terpadu. Tentu saya sebagai asesor tidak mencatat begitu saja, ketika kepala sekolah mengatakan “kami pernah beberapa kali mengadakan bakti sosial, membuka layanan sosial kepada warga sekitar, membagikan kupon kepada bapak para tukang becak, untuk mengambil hadiah mereka di sekolah”.
Menindaklanjuti kabar baik itu, saya juga menjadikan Driver Gocar sebagai informan saat saya menjadi penumpang. Hal itu saya maksudkan untuk kroscek beberapa perilaku dan kompetensi sosial guru TKIT di Karang Anyar Jawa Tengah yang sedang kami visit.
“Mas, udah sering ke TKIT ini nggak?” Saya mulai membuka percakapan bagaimana respon driver gojek online itu tentang perilaku dan kompetensi sosial guru-guru TKIT.
“Sering Mas, guru-guru mereka sering menggunakan jasa saya untuk antar jemput, jadi saya tau lah dengan sekolah itu. Anak saudara saya juga bersekolah disana, Alhamdulillah perkembangan mereka bagus” Jelas Mas driver bercerta, dan terus menjawab beberapa pertanyaan asesmen saya.
“Guru-gurunya ramah, baik, sopan, peduli, tutur katanya santun” Itu antara lain kesimpulan Mas driver memberikan keterangan. Saya pikir penilaian baik itu wajar dan tidak berlebihan, karena selama dua hari visiting saya menemukan adab itu begitu nyata pada performa semua guru yang luar bisa hebat, pekerja keras, cerdas dan ikhlas (pinjem semboyan sebelah).
Dan usai lisensi ini, saya ingin selalu berdoa untuk mereka “Ya Allah, jagalah guru-guru mulia ini, lindungi mereka, cukupkan rizki dan ilmu mereka, bahagiakan diri dan keluarga mereka, hadiahkan kemuliaan atas semua ketulusan dan kesungguhan mereka mengelola sekolah PAUD ini, muliakan mereka di dunia, sebagaimana mereka telah muliakan anak-anak didik mereka begitu nyata. Muliakan mereka hingga kelak di kehdiupan sesungguhnya”.
Lisensi sekolah islam terpadu, dalam prosesnya kami sebagai asesor telah belajar banyak dan telah mendapatkan “keuntungan” materil, moril, sprituil yang sangat banyak. Ruhiyahnya kerasa, cermin kesungguhan begitu nyata, diajarkan guru-guru PAUD itu untuk kami.
Dan satu moment yang sangat berkesan menjadi sumber belajar saya, saat guru PAUD itu harus merapikan ujung kaki anak didiknya, agar rapat shaf solatnya. Menegakkan tubuh anak didiknya agar tepat bungkuk sujudnya. Meluruskan siku-siku tangan anak didiknya, agar solat sesuai sunnah nabinya. Membasuh kaki murid-muridnya, agar terlumur semua air wudhu hingga ke mata kaki anak didiknya. Menutup rambut dengan jilbab anak didiknya, agar terjaga aurat rambutnya. Terbata-bata melafalkan huruf abata, agar fashih tahsin qur’annya. Sungguh guru TK telah meletakkan landasan paling dasar kebutuhan anak manusia, yang akan menjadi bekal utama sepanjang hidup dan mati kita.
#Bersyukur menjadi asesor lisensi
#Perjalanan berruh tinggi
#Sudah terlisensikah sekolah islam terpadu (SIT) mu
By : Lalu Yulhaidir, M.Psi, Psikolog
(Pengurus Divisi Inklusi Bidang Mutu JSIT Indonesia)
Luar biasa ustad, smoga paud kami ke depan bisa ikut lisensi juga, paud di desa SDM masih rendah sehingga masih banyak yang perlu di benahi. sudah terakreditasi B dari BAN.
Lisensi JSIT pada hakikatnya ingin memastikan Komitmen, konsekwen dan konsisten SiT sebagai anggota JSIT terhadap standar mutu kekhasan SIT, bukan dalam tataran administratif tapi lebih pada implementatif. Sehingga asesor harus jeli membaca kenyataan bukan pernyataan.