CIMANGGIS, DEPOK – Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia menggelar Pelatihan Nasional Pengelolaan Lembaga Sosial pada 16-18 Februari 2018 di Wisma Hijau, Kampus Diklat Bina Swadaya, Cimanggis-Depok. Pelatihan ini diikuti oleh 28 utusan dari 18 Provinsi di Indonesia.
Ketua Departemen Sosial & Kemanusiaan, Sahroni, S.Pd mengungkapkan bahwa pelatihan ini penting dilakukan untuk menyamakan persepsi tentang arah dan kebijakan JSIT terkait Sosial Kemanusiaan sekaligus menyatukan langkah agar pengelolaan dana kemanusiaan yang dihimpun oleh lembaga pendidikan di bawah JSIT lebih terarah.
Ketua Umum JSIT Indonesia, H. Mohammad Zahri menjelaskan arah kebijakan JSIT Indonesia terkait sosial kemanusiaan. Menurutnya hal ini untuk melatih kepedulian pada nilai-nilai kemanusiaan.
“Sosial kemanusiaan JSIT menjadi salah program untuk melatih kepedulian warga sekolah pada nilai-nilai kemanusiaan secara luas, baik di dalam maupun di luar negeri. Bencana kemanusiaan pada umumnya terjadi karena peperangan, bencana alam, dan faktor-faktor sosial lainnya seperti kemiskinan dan keterbelakangan,” ungkap Zahri
Menurut Zahri, JSIT akan tetap memfokuskan program kemanusiaan di bidang pendidikan. Tentunya, JSIT akan menggandeng lembaga-lembaga kemanusiaan yang telah berpengalaman.
“Bencana kemanusiaan ini tentu saja sangat luas, yang membutuhkan sinergi antar komponen masyarakat untuk bersama-sama meringankan beban mereka. JSIT Indonesia terus akan membangun dan sinergi dengan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya. Fokus utama JSIT dalam program kemanusiaan ini di bidang pendidikan,” jelasnya lagi.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina JSIT Indonesia, Dr. Sukro Muhab, M.Si yang diundang sebagai Pembicara pertama mengungkapkan, ada 7 masalah kesejahteraan sosial yang terjadi, diantaranya: kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan-sosial, korban bencana, korban kekerasan, dan keterpencilan. JSIT diharapkan mampu menjadi solusi terhadap 7 masalah kesejahteraan sosial ini. Baik yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri. (AH)