
Serombongan pelajar SMPIT Ukhuwah Banjarmasin nekat mendatangi DPRD Banjarmasin. Bukan untuk berunjuk rasa, melainkan beraudiensi. Agar turnamen basket pelajar yang kekurangan dana bisa dibantu.
BANJARMASIN – GEDUNG DPRD Banjarmasin dan DPRD Kalsel sama-sama berada di Jalan Lambung Mangkurat. Kemarin (16/1), secara bersamaan keduanya kedatangan tamu istimewa.
Dewan provinsi diserbu ratusan mahasiswa. Mereka berunjuk rasa untuk menyatakan penolakan terhadap penambangan pegunungan Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Anggota legislatif diminta bersikap, tidak diam melongo.
Sementara dewan kota kedatangan sepuluh pelajar SMP, tanpa didampingi seorang guru pun. Mereka datang dengan santun dan senyap. Tanpa poster protes, ikat kepala atau megafon. Meminta izin untuk bertemu sebentar dengan anggota DPRD.
Rombongan ini rupanya pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) SMP Islam Terpadu Ukhuwah. Mereka kemudian diterima di ruang Komisi IV yang membidangi masalah pendidikan.
Juru bicaranya adalah Wakil Ketua OSIS, Kartika Putri Dewayani. Gadis manis berkerudung itu tanpa ragu menyalakan mikrofon. Bicara panjang lebar di depan para anggota dewan. Membuat para politisi kawakan terperangah.
“Sejujurnya, kami juga gugup. Tidak tahu bakal diterima atau tidak. Tapi kami mau belajar organisasi sedini mungkin. Alhamdulillah. Rasanya senang sekali,” kata Kartika tersenyum.
Sekolahnya ingin menggelar 14 macam lomba untuk meramaikan milad sekolah. Dari lomba cerdas cermat hingga hafalan Alquran. Yang terbilang wah adalah turnamen basket antar pelajar. Masalahnya, OSIS kekurangan dana.
Ditanya darimana ide itu muncul, Kartika menyebut dari celetukan seorang teman. “Seorang kawan usul, kenapa tidak ke DPRD? Ya sudah, kenapa tidak,” imbuhnya.
Terkesan, para anggota dewan lekas mengeluarkan dompet untuk patungan bantuan. Bahkan, ada yang buru-buru keluar gedung untuk mencari loket ATM. Karena kebetulan sedang tak membawa uang tunai.
“Saya di DPRD Banjarmasin sejak 2014. Baru kali ini saya menemui kejadian seperti ini,” ungkap Wakil Ketua Komisi IV, Dedy Sofyan.
Biasanya, anggota dewan hanya menghadapi pendemo. Atau aduan pedagang yang sedang resah karena mau digusur. Ataupun warga kota yang tak puas dengan layanan publik. “Mereka berani sekali. Umur mereka baru 14 atau 15 tahun. Tapi sudah berani mengajak anggota DPRD diskusi,” imbuh politisi PKB itu.
Sementara Elly Rahmah, anggota Komisi I yang ikut nimbrung pertemuan itu, keburu merasa haru. “Pada era digital sekarang, makin sering kita melihat fenomena remaja yang aneh-aneh. Mereka tidak. Mereka membuat kami terharu,” ungkap politisi PAN tersebut.