Tahun 2018 itu sudah dimulai. Banyak menyebut sebagai tahun politik dengan 171 pilkada di daerah pada Juni 2018. DI tahun 2018 juga akan ada ajang ASIAN GAMES pada 18-8-2018 dimana Indonesia menjadi tuan rumah: Jakarta-Palembang. Tahun depan 2019 juga tahun politik dengan adanya pemilu dan pilpres serentak. Hiruk pikuk politik dan tuan rumah ASIAN GAMES jangan sampai mengorbankan tugas utama kita sebagai guru.
Anda guru baru 1 tahun mengajar di SIT, atau sudah 5 tahun, atau bahkan diatas 10 tahun atau menjelang 20 tahun, tugas utama Anda sama menurut Undang-undang. Cek pada UU no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Mungkin Anda baru tahu, atau sudah tahu tentang tugas utama itu. It’s oke. No problem. Pertanyaan pentingnya adalah sudah seberapa bagus pelaksanaan tugas-tugas utama tersebut? Anda harus melakukan perubahan dalam internal. Lakukan self continous improvement. Di dunia ini tidak ada yang kekal. Yang kekal itu di akhirat. Nah karena di dunia tidak kekal maka senantiasa berubah. Perubahan itu sesuatu yang pasti. Rhenald Kasali mengatakan: Change! Semua area kehidupan mengalami perubahan. Terlalu banyak jika harus memberikan contoh. Anda sudah pasti merasakannya.
Dalam dunia pendidikan, juga mengalami perubahan. Kurikulum berubah: Revisi Kurikulum 2013. Buku ajar berubah. Ketentuan sertifikasi guru juga berubah. Peraturan dan kebijakan juga berubah, ikut menyesuaikan. Apalagi awal tahun bagi SIT ada aktivitas tahunan: Penerimaan Siswa Baru. Mau tidak mau harus ada perubahan yang dilakukan yayasan atau SIT. Maka guru juga harus berubah.
Thomas B. Welch Jr bercerita, “Ada dua lelaki yang sedang membelah kayu sepanjang hari. Yang satu bekerja terus, tanpa berhenti untuk beristirahat. Pada akhir dari hari kerjanya, ia memperoleh setumpukan kayu bakar yang lumayan banyaknya.Yang satunya lagi membelah kayunya tiap kali selama 50 menit dan kemudian istirahat selama 10 menit. Pada akhir dari hari kerjanya ia memperoleh kayu yang lebih banyak. “Bagaimana mungkin kayu yang kamu belah menjadi lebih banyak?” tanya orang yang bekerja tanpa henti itu. Temannya menjawab,”Ketika saya berhenti istirahat, saya juga mengasah kampak saya.”
Dari cerita tadi, apakah Anda menemukan sesuatu yang aneh? Artinya sangat jarang dilakukan oleh kebanyakan orang? Sesuatu yang aneh kan bila istirahat selesai membelah kayu dipakai untuk mengasah kampak? Ini sama artinya dengan mengubah cara yang sama sekali baru dalam membelah kayu menjadi lebih banyak.
Inti ceritanya ada dua hal berbeda tentang melakukan sesuatu. Ada cara yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang, inilah namanya zona nyaman. Satu lagi cara yang tidak biasa dilakukan orang, namanya diluar zona nyaman. Anda pilih yang mana: tetap di zona nyaman atau zona tidak nyaman? Saya coba detailkan.
Bila siswa di SIT Anda banyak, apakah membuat Anda nyaman? Lalu apakah kondisi itu akan berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya? Bila Anda tidak bisa menjamin hal tersebut sesungguhnya Anda menuju suatu kondisi yang tidak nyaman. Bisa saja pengurangan jumlah siswa, akan berimbas pada pengurangan gaji, akan berefek juga pada pengurangan jam mengajar. Selain itu, SPP dan Biaya masuk sekolah juga biasanya akan mengalami kenaikan. Apakah Anda tetap dizaman nyaman? Tentunya tidak. Ada tuntutan perubahan dan peningkatan kualitas layanan dari pengguna jasa kita yakni orang tua. Ada keinginan dan harapan juga yang meningkat dari yayasan pengelola sekolah.
Manusia berbeda dengan hewan. Jika hewan bisa survive atau bertahan hidup dengan instingnya, maka manusia hanya bisa bertahan hidup jika ia mampu meningkatkan kapasitas dirinya. Paul Hayden menyarankan ada 2 hal dalam menghadapi perubahan yakni “kembangkan skill-skill baru, persiapkan untuk meninggalkan skill dan kebiasaan kolot” Artinya : kembangkan skill baru dan kebiasaan baru pula.
Pertama, kembangkan skill-skill baru. Apakah Anda sudah terpikirkan apa yang mau dikembangkan dari diri Anda di 2018? Buat resolusi baru di 2018! Model pembelajaran yang baru. Media pembelajaran yang baru. RPP yang baru dengan model pembelajaran Terpadu. Penyusunan soal-soal yang baru. Itu adalah beberapa contoh resolusi baru. Di abad 21 ini, pembelajaran Anda harus berubah sesuai yang dibutuhkan para siswa kita. Pembelajaran yang berorientasi pembentukan charater, pembentukan critical thinking, problem solving. Juga pembelajaran yang berdimensi peningkatan creativity thingking, kemampuan literasi, communication, dan colaboration. Jangan merasa nyaman dengan apa yang Anda sudah miliki saat ini. Teruslah belajar dan mengasah diri. Seperti kisah diatas: asahlah kampak.
Kedua, kebiasaan baru. Habituasi. Kebiasaan adalah tindakan yang lazim/umum dilakukan masyarakat. Contohnya kebiasaan makan dengan tangan kanan, kebiasaan bertegur sapa bila bertemu dengan orang yang telah dikenal. Meskipun bukan merupakan aturan, kebiasaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku keseharian warga masyarakat termasuk di sekolah. Kebiasaan juga berarti perbuatan manusia yang tetap dilakukan secara berulang-ulang dalam hal yang sama. Coba Anda tuliskan kebiasaan-kebiasaan positif di tahun 2017 lalu yang ingin Anda pertahankan. Coba juga Anda tuliskan kebiasaan-kebiasaan baru yang positif yang akan dilakukan di tahun 2018 ini. Selain itu, untuk memicu dan memacu Anda, coba jawab pertanyaan saya: Selama Anda mengajar, inovasi apa yang sudah Anda hasilkan? Jika jawabannya belum ada: buatlah di tahun 2018 ini. Jangan ditund alagi. Jika jawabannya sudah ada, buat lagi dan lagi dengan sentuhan baru di 2018 ini pula.
Selamat bekerja dengan 7 tugas utama sebagai guru. Selamat melakukan perubahan dengan resolusi baru di 2018. Suhartono, M.Pd. (Sekjend JSIT Indonesia)
Jzkhr pencerahannya, ust..jempoool pool