
Acara berlangsung santai. Hangat dan menyenangkan. Judulnya pembubaran panitia munas IV. Berlangsung semalam, 10 Agustus 2017. Tapi ada yang berkesan. Bukan soal makan gurame bakar dan udang madu di Mang Engking. Gubuk itu memang terkenal di UI dan sekitarnya. Bahkan Mantan Presiden BJ Habibie pernah makan di sana. Mak nyos lah.
Yang terkesan adalah ungkapan terima kasih dari Ust Sukro kepada kami. Beliau mengatakan, “ Terima kasih pada teman-teman pengurus yang telah bekerja ikhlas menjalani dakwah berbasis pendidikan bersama JSIT Indonesia hingga saat ini.” Ungkapan ini penuh makna. Saya mencoba menggalinya dengan segenap kesan selama periode 2006-2017 JSIT Indonesia di pimpin beliau. Bolehlah saya ungkapan dalam sebuah pantun sederhana :
Makan camilan kacang sukro
Rasanya enak boleh dipinta
Terima kasih pada Ust Sukro
Telah memimpin dengan cinta
Yap benar. Itu yang saya rasakan. Memimpin dengan cinta. Apa itu cinta? Tentu pembaca sudah tahu maknanya. Tidak perlu saya sampaikan. Cinta yang saya maksudkan adalah kumpulan C I N T A dari kepemimpinan beliau membersamai JSIT Indonesia dari Munas 1 tahun 2006 DI Pekan Baru Riau hingga Munas IV 27-30 Juli 2017 lalu di Lombok. Yuk kita baca lagi. Jangan berhenti membacanya.
- Contoh. Beliau adalah leader yang lead by sample. Memimpin dengan memberi contoh. Contoh bagaimana menjadi trainer yang menguasai materi dengan banyak contoh dan ilustrasi. Saya ingat bagaimana tahun 2015 kami banyak melakukan sosialisasi kurikulum SIT di seluruh provinsi. Beliau buatkan model dan konten materinya. Lalu memberikan contoh bagaimana mendisain sebuah acara yang menarik tanpa terlepas dari kaidah syari. Selalu ada rangkaian tilawah Alquran dalam acara-acara besar. Juga mengingatkan kita lagu Indonesia Raya selalu berkumandang dalam acara besar dan resmi. Ini menunjukkan bahwa JSIT Indonesia nasionalis dan religius. Kadang ada juga panitia kebingungan bagaimana mendapatkan dana sponsor, beliau memberikan solusi dan mencontohkan bagaimana mendapatkan sponsor. Dalam menjalankan munas, beliau juga memberikan contoh bagaimana sidang-sidang pleno dan komisi itu semestinya dijalankan. Intinya, lead by sample. Jadi menjalani organisasi jadi simple.
- Inovasi. Ada pembaharuan yang dilakukan. Ada ide yang dimunculkan. Ada sesuatu yang baru dihasilkan. Bersamanya JSIT Indonesia bisa menghasilkan Kemah Ukhuwah secara Nasional dengan spektakuler, menghadirkan 10 ribu peserta dari seluruh Indonesia. Juga lagu jingle dan mars pramuka yang dihadirkannya. Belum lagi berbagai kegiatan Pramuka SAKO SIT yang menarik bahkan bisa menggalang ukhuwah dengan pramukanya Malaysia dan Thailand. Dalam hal seni, ada juga berbagai album atau lagu yang dihasilkan seperti Untukmu Guruku, dan Jingle PORSSIQU. Tentu masih banyak lagi. Dalam hal produk buku, alhamdulillah JSIT Indonesia membuat Standar Mutu Kekhasan SIT yang melahirkan jargon Terpadu sebagai langkah-langkah pembelajaran yang khas: Telaah, Eksplorasi, Rumuskan, Presentasikan, Aplikasikan, Duniawi, Ukhrowi. Inovasi itu juga diwujudkan dalam berbagai lomba seperti Lomba Pembuatan Model RPP Terpadu tingkat nasional, bahkan dalam Munas IV lalu ada Lomba Penelitian Tindakan Kelas bagi guru SIT. Tidak berlebihan kiranya digambarkan dalam pantun :
Makan-makan di Mang Engking
Makan gurame dan udang madu
Dulu JSIT Indonesia no something,
Kini JSIT Indonesia lebih maju.
- Negosiasi. Jika seluruh pengurus pusat JSIT Indonesia ditanya tentang kemampuan yang satu ini, negosiasi, tentu jawabannya adalah yes. Beliau punya kekuatan di sana. Kami banyak belajar. Pengeluaran kegiatan acara bisa ditekan karena negosiasi. Kehadiran tokoh penting bisa dilakukan karena negosiasi. Negosiasi pulalah yang dirasakan untuk menggolkan apa yang sudah direncanakan. Kita banyak menggunakan PP IPTEK karena negosiasi. Bahkan bisa masuk murah ke anjungan itu karena buah negosiasi. Kegiatan di luar negeri ke Malaysia misalnya, bisa lebih sederhana pembiayaan karena negosiasi. Juga menggunakan fasilitas Kwarnas dengan biaya yang terjangkau oleh kantong JSIT Indonesia telah sering dibuktikan. Termasuk kemampuannya dalam menggandeng QuPro yang senantiasa sejalan dalam mendukung kepedulian JSIT Indonesia terhadap tragedi kemanusiaan di Palestina.
- Tanggung jawab. Nah ini dia. Real ditunjukkan oleh putra daerah Serang Banten ini. Tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan hingga selesai. Mengawasi jalannya acara dari A sampai Z. Menginap di lokasi acara menjadi salah satu bentuk responsible-nya. Acara berlangsung beliau hadir didalamnya. Tidak meninggalkan acara kecuali acara itu telah selesai. Termasuk bertanggung jawab dalam menjalankan amanah Munas 3 lalu dalam bentuk terwujudnya sekretariat permanen JSIT Indonesia.
- Antusias. Tidak ada kata lelah dalam menunaikan kerja-kerja dakwah berbasis pendidikan di JSIT Indonesia. Senang dan guyub. Semangat dan berhasrat kuat menyukseskan program JSIT. Bila acaranya Pramuka, beliau sebagai Andalan Nasional tentu berseragam Pramuka. Jika acaranya olahraga, beliau juga berpakaian olahraga bahkan pernah juga mengikuti lari lintas alam pada Mei 2017 lalu dalam tajuk PORSSIQU. Bila mengisi acara, pakaiannya juga resmi. Antusias memang harus ditunjukkan dalam segenap raga dan jiwa. Bahkan antusias juga dalam mencari kuliner yang enak dan khas. Ada saja tempat-tempat kuliner yang enak di wilayah-wilayah. Bahkan kemampuannya dalam mencari duren…tak kalah hebat. Malah, tuan rumah yang terkadang tidak tahu ada duren enak, ada tempat makan sedap.
Teman-teman, tentu menggambarkan kiprah beliau tidak cukup dalam akronim CINTA. Namun setidaknya ini kesan saya yang berinteraksi dengan beliau. Mabit bersama beliau dan bersafar dengan beliau.
Terakhir kami memberikan figura foto lengkap pengurus pusat JSIT Indonesia dengan judul Terima Kasih. Dibawahnya tertera sebait syair :
Teruslah berbakti pada Ilahi
Dalam dakhwa berbasis pendidikan
Teruslah menyinari negeri
Dalam kekuatan kerbersamaan
Selamat dan sukses untuk Ust Sukro yang mendapatkan amanah baru sebagai Ketua Dewan Pembina JSIT Indonesia.
Suhartono, M.Pd. Sekjend JSIT Indonesia