MEMAKNAI KEMERDEKAAN BAGI SIT INDONESIA DENGAN MENJAWAB 5 ISU

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-72,

Salah Satu kebanggaan kita sebagai anak bangsa adalah penerbangan N219 kemarin, 16 Agustus 2017. Diterbangkan menjelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72. Ada 2 alasan saya kenapa harus berbangga. Pertama, disain dan prototipe atau rancang bangun pembuatan pesawat itu adalah 100% anak anak bangsa yang pintar. Mereka bermimpi 2006 ditengah keterpurukan ekonomi IPTN –kala itu. Bangkit melalui kerja keras dan berhasil menerbangkan pesawat tersebut. Memang untuk diproduksi massal memerlukan minimal jam terbang 300 jam. Namun ini adalah ikhtiar yang luar biasa. Kedua, keberhasilan pembuatan pesawat tersebut bukan karena teknologi canggih yang menjadi primadona kualitas sebuah pesawat, melainkan kebutuhan bangsa untuk penerbangan di wilayah perintis, wilayah antarpulau seperti Papua dan Kalimantan. Dengan begitu N219 dirancang dengan teknologi sederhana yang real yang tidak akan memerlukan biaya besar dalam pemeliharaannya. Dengan penerbangan N219, ternyata makin mengukuhkan bahwa banyak anak pintar di negeri ini.

Lalu, bagaimana kita bangga juga dengan Sekolah Islam Terpadu? Kebanggaan yang dirasakan oleh masyarakat atas proses dan hasil-hasil pembelajaran. Kebanggaan ini akan muncul dan dirasakan seiring dengan kemampuan SIT menjawab 5 isu yang selalu hadir dalam perjalanan persekolahan. Kebanggaan ini sekaligus upaya mengisi kemerdekaan bagi SIT.

Pertama, SIT difitnah anti-NKRI. Pernah pada 2016 sebuah SIT di Jawa Tengah difitnah anti-NKRI karena tidak mengadakan upacara bendera 17 Agustus oleh aparat yang datang mengecek. Pihak sekolah sudah menjawab dengan santun bahwa mereka ada upacara bendera yang disatukan dengan hari Pramuka pada 14 Agustusnya. Kasus selesai. Bisa jadi ini adalah salah satu critical point di SIT : SIT tidak upacara bendera, anak-anak SIT tidak hafal Pancasila, jangan-jangan tidak hafal juga lagu Indonesia Raya. Kita katakan TIDAK! Pakai huruf kapital dan dibold : TIDAK!  Penilaian itu adalah fitnah. SIT cinta NKRI. SIT menjadikan kecintaan NKRI sebagai bagian dari karakter. Mungkin ada SIT lain yang seperti itu: tidak upacara, tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya, tidak hafal Pancasila. Kita katakan jika ada, SIT itu bukan anggota JSIT Indonesia.

Oleh karena itu, tunjukkan bahwa SIT senantiasa melaksanakan Upacara Bendera 17 Agustus. Anak-anaknya mampu menghafal lima sila Pancasila. 100% mampu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Jangan biarkan isu ini ada. Sebab fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Ingatlah bahwa Abu Jahal ini sangat kriminal karena membunuh sayyidah Sumayyah dan suaminya, Yasir dengan sangat kejam. Allah akan tempatkan Abu Jahal dalam neraka yang amat keras siksanya. Namun, tidak ada nama surat Abu Jahal di dalam Alquran. Yang ada justru Al Lahab alias Abu Lahab. Surat ke- 111 Al lahab atau al masad, gejolak api. Ini menarik. Mengapa? Karena ternyata peran Abu Lahab dan istrinya-si pembawa kayu bakar adalah penyebar fitnah dan perusak dakwah Nabi Muhammad Saw. Perbuatannya diabadikan dalam nama surat. Ini menandakan bahwa fitnah jauh lebih kriminal sebab dampaknya jauh lebih besar ketimbang apa yang dilakukan Abu Jahal terhadap 2 sahabat awal masuk Islam tersebut.

Kedua, pembiayaan dan layanan kualitas. Seingat saya, ketika tahun 2004 masih menjabat sebagai kepala SMA, yayasan memutuskan naik SPP menjadi Rp 200.000 sebulan. Saya protes. Saya sampaikan bahwa saya setuju naik jika ada penambahan kualitas layanan. Saat itu sekolah belum punya laboratorium komputer. Adakan laboratorium komputer dulu baru naik. Akhirnya Yayasan menunda kenaikan SPP. Mewujudkan dulu lab komputer lalu tahun berikutnya SPP naik. Dan kini SPP mencapai1.6 juta sebulan. Ini adalah realitas. Belum ada SIT yang menurunkan biaya masuk dan SPPnya dari tahun ke tahun. Yang ada semakin naik. Semakin naik. Bahkan ada SIT yang biaya masuknya mencapai angka 100 juta. Jadi, ini adalah isu yang senantiasa hadir. Biaya masuk SIT mahal. Bandingkan dengan Anak saya, di SMA Negeri di Cibiong SPPnya hanya Rp 350.000. Saya menyekolahkan di sana karena belum ada SMAIT di sana.  Tetapi ingat bahwa guru-gurunya adalah PNS yang sudah ada gajinya dari pemerintah. Sementara SIT, guru-gurunya digaji dari orang tua murid. Jelas bahwa alokasi ini besar. Belum lagi biaya lainnya seperti biaya investasi, biaya personal, dan biaya operasi selain gaji.

Isu ini harus dijawab dengan satu kata: BUKTI!. Yap, buktinya adalah jaminan kualitas. Utamakan pencapaian kualitas maka orang tua akan puas. Kepuasan orang tua adalah jawaban bahwa mereka memandang kualitas bukan semata biaya. Bukti lain adalah sampai saat ini, kita tidak mendengar anggota JSIT gulung tikar. SIT bangkrut. Tidak. Yang ada malahan tumbuh dan berkembang yang kini berjumlah 2.461 SIT berdasarkan data Munas IV di Lombok lalu.

Ketiga, Visi efektif dan bermutu. JSIT Indonesia punya visi menjadi pusat penggerak dan pemberdaya sekolah islam terpadu menuju efektif dan bermutu. Maka dua kata penting menjadi faktor yang diinginkan JSIT yakni efektif dan bermutu. Sudahkah SIT efektif? Sudahkah SIT bermutu? Andalah salah satu yang bisa menjawab. Salah satu faktor menuju efektif dan bermutu adalah guru. Anies Baswedan pernah berkata, “Kurikulum berubah, tidak otomatis kualitas pendidikan meningkat. Namun, jika kualitas guru meningkat, kualitas pendidikan pasti meningkat. Itu kuncinya.

Keempat, Prestasi. Yes, SIT harus berprestasi. Prestasi adalah karya yang diakui. Prestasi adalah kata kunci eksistensi. Bagi SIT yang berprestasi di tingkat kelurahan atau desa, maka naiklah ke level kecamatan. Jika SIT sudah mampu konsisten berprestasi di tingkat kecamatan, naik kelas, ke level kabupaten atau kota. Lanjutkan prestasinya sampai pada tingkat provinsi. Teruskan sampai tingkat nasional. Bahkan torehkan prestasi pada skala internasional. Dengan SIT berprestasi maka kita dipercaya. Kita diperhitungkan. Kita akan dilihat kedua belah mata. Tidak lagi sebelah mata. Bung Karno pernah berkata : Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” Kita bisa mengguncangkan dunia dengan prestasi. Bukan dengan nirprestasi. Cek berapa usia SIT kita. Lalu tanya dalam kebersamaan dewan guru: prestasi apa yang sudah kita raih bersama SIT kita? Puaskah kita?

Kelima, Produk lulusan. Apa makna merdeka bagi kita? Tentu terbebas dari belenggu penjajahan. Penjajahan ekonomi. Penjajahan fisik. Penjajahan kedaulatan. Dan tentu saja makna merdeka dari penghambaan kepada hamba menuju totalitas penghambaan kepada Allah SWT. Istilahnya tahrirunnaas min ibadatul abdi ila ibadaAllah. Nah produk lulusan kita adalah peserta didik yang berkarakter. Persis selaras dengan konteks kemerdekaan. Memerdekakan peserta didik dari penghambaan kepada uang, jabatan, kedudukan, jin, atau apapun ilah-ilah lainnya. Itulah akidah yang lurus yang merupakan tujuan nomor satu di SIT.  Karakter ini never ending process, maka produk lulusan SIT pun diharapkan tetap memelihara karakter-karakter keimanan, ketakwaan, disamping karakter mandiri, cerdas, terampil, dan cinta Tanah Air. Akhirnya produk lulusan kita punya prinsip : Merdeka dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat : wa min dhoiqiddunya ila su’tiha (akhiroh). Persis sama dengan pesan dari Bapak Pendidikan kita pernah berkata : “Manusia merdeka adalah tujuan pendidikan, merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian.

Itulah tantangan dari isu atau masalah yang mengemuka saat ini. Semoga Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72 ikut memberikan inspirasi agar SIT terus mampu eksis dan berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bentuk mengisi kemerdekaan Republik Idonesia.

Rahayu pergi ke Pinangsia

Mau ikuti upacara bendera

Dirgahayu Republik Indonesia

SIT-ku maju dan banyak berkarya

 

Suhartono, M.Pd. Sekjend JSIT Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*