Bekasi (19/03) — Lama tak terdengar kabarnya tiba-tiba ia hadir dengan deretan gelar yang membanggakan. Bukan hanya membanggakan orangtuanya namun juga guru-gurunya, termasuk guru-guru di SMPIT Thariq Bin Ziyad. Dalam sebuah obrolan santai ia berkisah perjalanannya meraih gelar Doktor di usia kurang dari 30 tahun.
Nama lengkapnya Aulia Khamas Heikhmakhtiar. Sebuah nama yang merujuk pada semangat para pejuang Hamas di Palestina dan tokoh perjuangan Afghanistan.
Orang tuanya berharap ia memiliki semangat juang yang tinggi dalam menjalani hidupnya. Dan hal itu akhirnya terbukti dengan perjuangannya menempuh pendidikan di negeri orang hingga meraih gelar Doktor.
Dengan izin dan pertolongan Allah, disertasi berjudul “In Silico Assessment of Toxicity of Proarrhythmia Drugs using Electrophysiological Model of Human Ventricle” (Penilaian Secara Simulasi Komputer Terhadap Tingkat Bahaya dari Obat-obatan yang Menyebabkan Gangguan Jantung dengan Menggunakan Model Elektrofisiologi Sel Ventrikel Manusia) di Gumi, Korea Selatan mampu ia pertahankan di hadapan para profesor penguji dari Kumoh Institute of Technology, Gumi, 6 Desember 2019 lalu.
Lelaki shaleh dan cerdas yang berusia 30 tahun ini adalah putra sulung pasangan Abdul Hanan dan Rita Sutresnasih. Kedua orang tuanya tinggal di Perum Mutiara Gading Timur Bekasi, Jawa Barat.
Namun saat ini Aulia menetap bersama istrinya Finantria Legowo dan buah hatinya Jasmine Azzahra Aulia (2 tahun) di Bandung dan menjalani aktifitasnya sehari-hari sebagai dosen di Universitas Telkom Dayeuhkolot, Bandung.
Obsesinya ingin membangun laboratorium riset supaya bisa berkontribusi pada bidang pendidikan untuk masyarakat luas. Satu di antaranya, ia ingin membuat sistem yang mampu memfilter obat-obatan yang mempunyai efek berbahaya ke jantung sebelum masuk ke pasar.
Selain menimba ilmu di negeri Gingseng, sejak September 2014 hingga tahun 2020, Aulia juga aktif di berbagai kegiatan, baik yang bersifat ilmiah seperti menghadiri konferensi di University of California Berkeley Amerika Serikat dan konferensi di Berlin Jerman, maupun kegiatan lain seperti di KBRI Seoul, menjadi mentor di Universitas Terbuka (UT) cabang Korea Selatan untuk membantu Tenaga Kerja Indonesia (TKI), aktif di Persatuan Pelajar Indonesia di Korea Selatan (PERPIKA) dan menjabat sebagai MenKomInfo PERPIKA pada periode 2017/2018, juga kegiatan-kegiatan keIslaman.
Aulia yang merupakan alumni SMPIT Thariq Bin Ziyad (2003-2006) ini dulunya adalah seorang anak yang prestasinya termasuk biasa-biasa saja. Tidak ada kelebihan yang menonjol dari sisi akademis dan ia tergolong siswa kebanyakan yang hanya ada di 10 besar rangking di kelasnya.
Namun ketaatan kepada orang tua dan guru mengantarkan dirinya mampu menyelesaikan pendidikannya hingga S3 dengan beasiswa murni. Salah satu yang ia tanamkan sejak SD dan SMP adalah memiliki visi dan cita-cita.
“Alhamdulillah memang saya pribadi dari SD sudah mentarget cita-cita ingin sekolah di luar negeri, walaupun dengan keterbatasan yang ada saat itu. Tapi cita-cita itu kan gratis dan bebas. Nah itu yang harus kita set, diniatkan dan bulatkan tekad”, pungkasnya.
Saat menjalani S2, Aulia pernah mendapat kesempatan bekerja dengan tawaran gaji sebesar 40 juta rupiah. Namun orangtuanya menyarankan untuk tetap fokus belajar dan menyelesaikan pendidikannya hingga S3.
Sekali lagi, Aulia patuh pada arahan orangtuanya dengan melepas godaan pekerjaan dengan gaji menggiurkan tersebut. Ketaatan kepada orang tua menjadi salah satu kunci keberhasilannya kini. Aulia juga bertutur selain taat pada orang tua, kunci kesuksesan lainnya adalah taat dan hormat pada guru.
“Taat dan hormat pada guru bukan berarti hanya mengerjakan tugas dari guru saja. Jangan ngomongin guru juga itu termasuk hormat kepada guru, karena guru juga manusia yang memiliki kekurangan, insyaAllah ilmunya berkah”, tambahnya.
Hal itu yang ia sampaikan pada saat bincang santai di kanal Youtube SMPIT TBZ TV dalam acara NgobrAs THARIQ #4 (Ngobrol Asyik ala THARIQ) yang ditayangkan secara LIVE pada Rabu, 10 Maret 2021 lalu. Dalam obrolan tersebut Aulia memberikan kiat bahwa kita yang harus aktif mencari beasiswa. Karena hampir setiap negara memberikan beasiswa serta menitipkan informasinya melalui kedutaan besarnya. Dan setiap orang memiliki peluang yang sama asalkan ada kemauan dan kesungguhan.
Di akhir obrolan Aulia memberikan lagi sebuah rumus kesuksesan yaitu, keberhasilan adalah orang yang siap, bertemu dengan kesempatan. Artinya untuk bisa berhasil mendapatkan beasiswa belajar di luar negeri kita harus mempersiapkan diri sebelumnya. Maka saat kesempatan dan informasi datang sudah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga kita berhasil meraihnya.
Subhanallah…luar biasa…. Allahu Akbar ! Barakallahu fiikum buat civitas akademika SMPIT Thariq Bin Ziyad Bekasi yang bisa mengantarkan salah seorang alumninya untuk sukses meraih gelar doktor dalam usia muda, semoga berkah ilmunya seningga bisa menebar manfaat seluas-luasnya, aamiiin