MALANG – Dengan cekatan, petugas medis dari Dinas Kesehatan Kota Malang menyiapkan vaksin Tetanus-Diphtheria Toxoid (Td) untuk diberikan pada siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ahmad Yani, Jalan Kahuripan, Kota Malang, Senin (22/8/2016).
Penyakit difteri yang menyerang anak-anak dan orang dewasa telah mewabah di berbagai wilayah Indonesia. Sejak November 2017, kasus infeksi difteri di Jawa Barat mencapai 109 kasus dengan 13 orang diantaranya meninggal dunia.
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Difteri termasuk penyakit menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa anak-anak maupun orang dewasa.
Tapi jangan khawatir, gejala-gejala difteri bisa dikenali. Difteri bisa diketahui pada suhu tinggi 38⁰C atau lebih. Tanda-tandanya juga dapat dilihat jika terdapat selaput keabu-abuan yang menutupi bagian belakang tenggorokan. Selain itu, si kecil juga akan merasakan panas dingin, sakit tenggorokan, suara serak, batuk, sakit kepala, hingga kesulitan saat menelan.
Pada gejala yang lebih mengkhawatirkan adalah kesulitan bernafas, pembengkakan kelenjar di leher, hidung mimisan, wajah pucat dan kulit membiru. Gejala difteri biasanya berkembang mulai 2-7 hari setelah seseorang terinfeksi. Namun, penyakit difteri ini dapat dicegah melalui vaksinasi sejak si kecil berumur dua bulan, empat bulan dan enam bulan, dengan interval waktu tertentu. Jika telah menemukan gejala-gejala di atas pada tubuh si kecil atau kita, maka segeralah periksa ke dokter. Kementerian Kesehatan pun telah menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).