Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), Muhammad Zahri meminta pengurus JSIT Wilayah Sumbar, untuk memperbanyak kuantitas sekolah tingkat SMA/sederajat. Tak berhenti di tingkat Raudatul Atfal, SD dan SMP. Tak kalah pentingnya, meningkatkan prestasi baik siswa maupun sekolah.
“Indonesia sudah jadi warga global terhitung 1 Januari 2016, seiring berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Peningkatan mutu dan kapasitas, harus terus dilakukan agar seluruh Sekolah Islam Terpadu (SIT) bisa berdaya saing global,” ungkap Zahri pada pembukaan musyawarah wilayah (Muswil) IV JSIT Sumbar, Sabtu (7/10/2017).
Muswil IV ini digelar di auditorium gubernuran Sumbar dengan mengambil tema ‘Bersinergi membangun Sumbar melalui pendidikan yang bermutu, religius dan berdaya saing global.’ Peserta muswil terdiri dari 83 sekolah yang sudah tergabung dalam JSIT Wilayah Sumbar.
Sesuai tema Muswil, Zahri juga menilai, prestasi SIT di Sumbar masih terbilang minim. Dimana, prestasi tingkat nasional siswa baru 2 orang, Guru (3 orang) dan sekolah (1 orang). Sedangkan prestasi internasional baru diraih 1 orang siswa. Tak ada guru dan sekolah yang memiliki prestasi global.
“Saya tanya, bisa berapa tahun lagi, data prestasi ini bisa berlipat ganda,” tanya Zahri. “Prestasi ini dicapai dengan terlebih dulu meningkatkan prestasi gurunya. Tak bisa mengubah siswa tanpa gurunya jadi pribadi yang baik,” terang Zahri kepada peserta Muswil yang terdiri dari pengurus yayasan, kepala sekolah dan guru SIT se-Sumbar.
Untuk itu, Zuhri meminta setiap guru SIT, harus terus belajar. Caranya dengan melihat sistem pendidikan di negara lain atau berselencar di dunia maya. “Kalau merasa sudah cukup saja dengan ilmu yang ada saat ini, tanpa mau terus belajar, belajar, belajar dan belajar, maka murid kita akan terus tertinggal,” terangnya.
“Pendidikan ini bukan untuk masa lalu. Melainkan untuk masa depan anak-anak kita sebagai penerus bangsa. Karena pendidikan itu untuk masa depan, makanya setiap guru harus terus belajar,” tambahnya seraya mempertanyakan, udah seberapa banyak guru SIT di Sumbar yang memiliki paspor.
Bepergian keluar negeri ini, terangnya, sebenarnya tak perlu menyediakan uang terlebih dulu. Yang penting itu adalah ikhtiar untuk bepergian salah satunya dengan memiliki pasport. “Nabi Muhammad SAW, sejak kecil sudah bepergian jauh sehingga memperluas cakrawala beliau,” terangnya. “Dewasa ini, juga sudah ada buku yang berisi pengalaman 30 orang yang bepergian ke luar negeri tanpa uang sepeserpun,” tambahnya.
Dikatakan Zahri, agenda Muswil IV ini hanya dua yakni berkaitan kaderisasi kepemimpinan di kepengurusan JSIT Sumbar dan merumuskan program kerja 2017-2021 mendatang. Secara nasional, terangnya, muswil Sumbar ini juga yang keempat yakni Kalsel, Bengkulu, Banten dan Sumbar.
“JSIT tidak boleh menua, yakni diurus orang-orang tua. Jika ada yang tua, maka semangatnya harus muda. Karena, persaingan anak-anak kita kedepan sudah global. Perlu orang energik dan kreatif menghadapi tantangan global,” terangnya.
Sementara, sejak berdirinya SIT di Sumbar 14 tahun silam, jumlah sekolahnya terus bertambah. Awalnya 23 sekolah lalu jadi 53 sekolah kemudian jadi 83 sekolah. “Dari 83 SIT itu, masih ada 30 sekolah lagi belum teregisterasi. Namun, sudah rutin membayar iuran. Ayo kita tertib administrasi agar sekolah kita tersertefikasi oleh JSIAT,” terang Ketua JSIT Sumbar, ustad Muhammad Amin.
Selang 14 tahun JSIT berdiri di Sumbar, SIT sudah ada 10.000 siswanya dengan jumlah guru 1.000 orang. Namun, akreditasinya masih rendah. Yakni, baru 12 sekolah berakreditasi A dan 9 sekolah akreditasi B.
“Padahal, di Sumbar ada 2 guru jadi asesor tap sekolah di Sumbar yang dapat lisensi JSIT masih minim. Ini harus terus ditingkatkan, karena SIT harus berakreditasi A Diknas,” terangnya. “JSIT hadir untuk memberi kebaikan untuk setiap sekolah yang bergabung. Memberi kebaikan adalah perilaku terbaik yang harus dilakukan dan disebarkan,” tambahnya. (kyo)
Sumber: valora.co.id